Kesetiaan
“Katanya kamu mau menemaniku hingga akhir, mana ?”
“Kamu sudah berubah, aku tidak bisa bersamamu lagi”
“Kamu sudah berubah, aku tidak bisa bersamamu lagi”
Setia itu terus
menemani walau perubahan terjadi, toh perubahan adalah hal yang lumrah dan
berkah, dikatakan rugi orang yang harinya
sama dengan kemarin.
Di awal kepengurusan organisasi, muncul kerisauan, melihat
siapa yang bisa setia hingga akhir untuk menemani di cerita panjang ini. Posisi
pemimpin menjadi pengalaman baru untukku, yang biasanya menawarkan kesetiaan,
sekarang diminta untuk menanyakan kesetiaan itu sendiri.
“Katakanlah:
sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam. “ (Q.S. Al-An’am : 162)
Selalu ingat di setiap hela nafas kita, apapun posisi kita
dibumi ini kita adalah abdi dari Allah, maka jangan lupa untuk meniatkan lagi
apa yang kita lakukan di bumi hanya untuk mendapatkan ridha-Nya. Ini juga jadi
filter agar tahu apakah kita masih di jalan kebenaran atau tidak.
Diri ini terlanjur jatuh cinta di jalan juang ini. Begitu
banyak pengalaman yang bisa saja menyebabkanku harus pergi, tapi di akhir atas
takdir-Nya dan kepercayaan orang disekitarku diri ini ditunjuk untuk meneruskan
kisah perjuangan yang telah lama ada ini. Menurut Erich Fromm salah satu pakar psikologi mengatakan,
cinta memiliki 4 unsur didalamnya : kepedulian,
tanggung jawab, hormat dan pengetahuan
Tapi apapun yang terjadi nanti, tugasku untuk selalu
membersamai langkah mereka. Dalam keadaan susah ataupun senang.
“Salah seorang di antara kalian tidaklah dikatakan beriman
hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR.
Bukhari no.13 dan Muslim no.45)
Setia itu cinta. Dan mencintai
saudara kita adalah perintah uswah
hasanah Rasulullah. Mencintai saudara kita dengan menolong, mengingatkan
dan menasehati dalam kebaikan.
Di akhir tulisan ini ingin menyampaikan cerita dari tanah
jawa. Kisah ini luar biasa hebat, maknanya begitu mendalam walaupun akhirnya
sangat disayangkan.
“Pada zaman dahulu
ada seorang raja yang memiliki dua abdi yang sangat patuh. Pada suatu hari
salah satunya diajak untuk berkelana dan diberikan tugas untuk menjaga pusaka “Jaga
pusaka ini dengan nyawamu, jangan pernah kau berikan siapapun selain diriku” “Sesuai
perintahmu baginda”, raja tersebut pun kembali ke kerajaannya seorang diri.
Waktu telah berlalu lama sejak saat itu, sang rajapun menyuruh abdi setianya
yang satu lagi untuk mengambil kembali pusakanya.”Ambil kembali pusaku” kata
sang raja, “Sesuai perintahmu baginda” ujar abdi tersebut. Kedua abdi itupun
bertemu, mereka saling melepas rindu karena mereka telah lama bersama sebelumnya
sejak menjadi abdi raja. Dengan pesan dari sang raja, sang abdi saling
menyerang mempertahankan kesetiaannya, hingga ajal menjemput mereka semua.”
(Kisah
Asal Mula Aksara Jawa)
Setia itu memegang kata tuannya walau nyawa taruhannya.
Sekian dulu ocehanku
tentang setia. Like & Comment itu sangat membantu. Terima kasih.
Referensi:
https://www.google.com/amp/s/dosenpsikologi.com/cinta-menurut-psikologi/amp
https://rumaysho.com/9266-kesetiaan-pada-muslim.html
http://sastraremaja11.blogspot.com/2012/03/kisah-aji-saka-dan-asal-mula-aksara.html?m=1
Comments
Post a Comment